Teori-teori pembangunan
Michael P Todaro, membagi teori pembangunan sebagai berikut:
a) Teori Linear tahapan pertumbuhan ekonomi (Toeri Tahapan Pertumbuhan Rostow dan Model Pertumbuhan Harrod-Domar)
b) Model-Model Neo Klasik è perubahan struktural è Teori Pembangunan Lewis
c) Paradigma Ketergantungan Internasional (The Neocolonial Dependence Model, The False Paradigm Model; The Dualistic Development Thesis)
1. Teori Linear Tahapan Pertumbuhan Ekonomi
a) Teori Tahapan Pertumbuhan Rostow
Teori pembangunan ekonomi ini muncul pada awalnya merupakan artikel yang dimuat dalam Economic Journal (1956), selanjutnya dikembangkan dalam buku yang berjudul The Stages of Economics, (1960). Teori pembangunan Rostow ini termasuk dalam teori linier tahapan pertumbuhan ekonomi, yang memandang proses pembangunan sebagai suatu tahap-tahap yang harus dialami oleh seluruh negara. Proses pembangunan sebagai suatu urutan tahap-tahap yang harus dilalui oleh seluruh negara. Industrialisasi merupakan salah satu kunci dari perkembangan
Menurut Walt W. Rostow, pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat modern merupakan proses yang multidimensi. Pembangunan ekonomi bukan saja pada perubahan dalam struktur ekonomi, tetapi juga dalam hal proses yang menyebabkan:
1) perubahan reorientasi organisai ekonomi
2) perubahan masyarakat,
3) perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak produktif ke penanam modal yang lebih produktif
4) perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan seseorang dalam sistem kekeluargaan menjadi ditentukan oleh kesanggupan melakukan pekerjaan,
5) perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh alam.
Dalam dimensi ekonominya menurut Rostow, semua masyarakat dikelompokkan ke dalam salah satu dari lima tahap pertumbuhan, yakni:
a. masyarakat tradisional (the traditional society);
b. prasyarat pra-lepas landas (precondition for take-off);
c. lepas landas (take-off);
d. tahap menuju kematangan (the drive to maturity);
e. masyarakat berkonsumsi tinggi (the age of high mass consumption).
Konsep dasar Teori Tahapan Pertumbuhan Rostow:
1. Ada Pentahapan pembangunan yang harus dilalui oleh seluruh negara:
a. Masyarakat tradisional (the traditional society) è fungsi produksi yang terbatas, didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan yang sederhana dan sikap masyarakat primitif, serta berpikir irasiona è meliputi masyarakat yang sedang dalam proses peralihan, yaitu suatu periode yang sudah mempunyai prasyarat-prasyarat untuk lepas landas.;
b. Prasyarat untuk take-off [Pre conditions for take-off /tinggal landas]
c. Take off è dimotori oleh teknologi industri dan pertanian, pembagunan prasarana serta tumbuhnya kekuatan politik yang sangat peduli akan modernisasi dan pertumbuhan ekonomi
d. Tahap menuju kematangan [drive to maturity] è didasari oleh pertumbuhan industri yang beraneka ragam dan telah terkait dengan pasar internasional.
e. Komsumsi Masal [High Mass Consumption] è pendapatan per kapita yang tinggi dan persoalaan telah beralih dari pertumbuhan industri ke kesejahteraan sosial yang lebih tinggi [Walfare State.]
2. Perlu peranan pemerintah pada proses tersebut è (perencanaan)
Rostow membagi sektor-sektor ekonomi dalam tiga sektor pertumbuhan:
a) Sektor primer è sektor pertanian
b) Sektor Supplemen è sektor yang tumbuh sebagai pertumbuhan sektor primer seperti pertambangan dan pengakutan.
c) Sektor tarikan [Derived sector]è industri dan perumahan.
Kritik dan Kelemahan Tahapan Pertumbuhan Rostow
Kritik Misra [1981] terhadap Rostow [dalam Sutriah,2002:3]
· Apakah benar bahwa pertanian merupakan ciri dari keterbelakangan.
· Apakah sejarah selalu terulang dengan cara yang sama
· Apakah perkembangan tahapan Rostow yang terjadi di Eropa akan juga terjadi di masyarakat lain, seperti: Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Di negara-negara yang mendorong industrialisasi seperti India, Indonesia, Filipina. Korea dan Thailand terlihat bahwa penghasilan penduduk perdesaan cenderung menurun dan lebih rendah dibanding penduduk perkotaan [ Friedman dan Douglass, 1978:172]
Kritik terhadap tahapan pertumbuhan Rostow:
· Model pertumbuhanan dinegara-negara maju yang belum tentu sesuai diterapkan dinegara berkembang.
· Tahap pertumbuhan tidak selalu sama pada setiap wilayah tergantung karakteristik wilayah maisng-masing.
· Ciri dalam tahap prasyaratan untuk mencapai lepas landas dan tahapan lepas landas bersifat kabur.
· Tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya kegagalan pada proses tahap tinggal landas.
b) Teori Tahapan Pertumbuhan Rostow
Model pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes, yakni Sir Roy F. Harrod dari Inggris dan Evsey D. Domar dari Amerika Serikat. Domar mengemukan modelnya pertama kali pada tahun 1947 dalam American Economi Review, sedangkan Harrod pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Model ini sebenarnya dikembangkan secara terpisah, tetapi karena inti kedua pemikiran mereka sama maka digabungkan menjadi satu yang terkenal dengan Model Harrod-Domar.
Model Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, model Harrod-Domar berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth) è didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menggunakan barang modal secara penuh.
Teori ini melengkapi teori Keynes, di mana Keynes melihat dalam jangka pendek (kondisi statis), sementara Harrod-Domar dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Asumsi yang mendasari teori Harrod-Domar adalah berikut ini.
1. Perekonomian tertutup è rumah tangga dan perusahaan
2. Hasrat menabung (MPS = s) konstan.
3. Produksi memiliki koefisien konstan atau bersifat constant return to scale (CRS).
4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, di mana seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dapat dicapai jika memenuhi syarat-syarat keseimbangan berikut.
g = k = n
Di mana g merupakan tingkat pertumbuhan output (growth), k merupakan tingkat pertumbuhan modal (capital), dan n merupakan tingkat pertumbuhan angkatan kerja.
Peranan k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh rasio modal-output atau dilambangkan dengan v, yaitu rasio tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru terhadap kenaikan output. Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dengan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan. Apabila tabungan sama dengan investasi atau S = I maka:
Agar pertumbuhan tersebut mantap maka harus memenuhi syarat g= n= s/v.
Dalam perekonomian tertutup, kondisi pertumbuhan mantap sulit tercapai karena s, v, dan n bersifat independen. Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar bebas, tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi, kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan permintaan barang.
Kemudian kritik yang dilontarkan terhadap model Harrod-Domar tertumpu kepada proposisi bahwa output nasional tumbuh pada tingkat yang sama dengan tingkat investasi. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa proposisi ini tidak menunjukkan kenyataan. Juga kritik yang ditujukan pada model Harrod-Domar mengenai implikasi bahwa faktor produksi yang lain dalam proses produksi dianggap tidak penting. Faktor-faktor ini, misalnya adalah faktor tenaga kerja dengan keterampilan yang meningkat dan juga faktor perbaikan teknologi.
2. Model-Model Neo Klasik è perubahan struktural (Teori Strukturalis)
Dudley Seers
Menurut Dudley Seers, perkembangan ekonomi tersebut terdiri atas peningkatan output per kapita, penurunan kemiskinan absolut, perbaikan distribusi pendapatan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Gunnar Myrdal
Pada pertengahan tahun 1950-an, Gunnar Myrdal (1957) melontarkan thesis tentang keterbelakangan yang terjadi di negara-negara berkembang. Menurut Myrdal adanya hubungan ekonomi antara negara maju dengan negara belum maju yang telah menimbulkan ketimpangan internasional dalam pendapatan per kapita dan kemiskinan di negara yang belum maju.
Adapun faktor utama yang menyebabkan ketimpangan ini adalah adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya pasar yang luas dan konsentrasi modal keuangan di negara maju.
Kemakmuran kumulatif timbul di negara maju dan kemiskinan kumulatif dialami rakyat di negara miskin. Dengan perkataan lain, hubungan ekonomi antara negara maju dengan negara miskin menimbulkan efek balik (backwash effect) yang cenderung membesar terhadap negara miskin.
Myrdal (1957) mengemukakan pemikirannya mengenai prakondisi struktural yang harus dimiliki oleh negara sedang berkembang dalam melaksanakan proses pembangunan, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada dalam situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam kondisi yang menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan, fasilitas pendidikan, perumahan dan sanitasi
2. Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada dalam situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam kondisi yang menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan, fasilitas pendidikan, perumahan dan sanitasi.
3. Adanya struktur sosial yang sangat timpang sehingga alokasi sumber-sumber ekonomi yang produktif sangat banyak untuk keperluan memproduksi barang-barang mewah (conspicuos consumption).
Menurut Myrdal, upaya untuk memberantas kemiskinan di negara yang belum maju harus dilakukan dengan campur tangan pemerintah terutama dalam mempengaruhi kekuatan pasar bebas. Kemudian tentang teori keunggulan komparatif yang digunakan oleh ahli ekonomi neoklasik tidak dapat dijadikan petunjuk untuk proses alokasi sumber-sumber ekonomi. Harus ada perlindungan atas industri-industri rakyat yang belum berkembang dari persaingan dengan luar negeri.
Arthur Lewis
Teori Pembangunan Arthur Lewis (1954) adalah membahas proses transformasi industrialisasi pada tahap awal pembangunan kapitalis di Eropa, yang melihat hubungan antara sektor pertanian dan industri dalam perekonomian yang terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan dengan memasukkan proses urbanisasi yang terjadi di kota dan desa tersebut.
Asumsi Teori Lewis:
pertama perekonomian pertanian merupakan sektor pedesaan subsisten yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal labor sama dengan nol (MPL=0) dan;
kedua perekonomian industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan labor yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten
Model Lewis ini lebih ditujukan pada terjadinya proses transfer labor serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor modern. Transfer tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja dimungkinkan karena adanya perluasan output pada sektor modern. Adapun kecepatan terjadinya perluasan output ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern. Peningkatan investasi dimungkinkan karena adanya kelebihan keuntungan sektor modern dari selisih upah, dengan asumsi bahwa kapitalis tersebut bersedia melakukan investasi kembali dari seluruh keuntungannya. Kemudian tingkat upah di sektor industri dianggap konstan, jumlahnya ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di sektor pertanian subsisten tradisional. Lewis mengasumsikan bahwa tingkat upah di daerah perkotaan minimal 30 persen lebih tinggi dari rata-rata pendapatan di pedesaan yang memaksa para pekerja pindah ke daerah perkotaan.
Proses pertumbuhan yang berkelanjutan (self-sustaining growth) di sektor modern dan perluasan tenaga kerja diasumsikan terjadi terus-menerus sampai surplus labor di pedesaan habis diserap di dalam sektor industri. Selanjutnya tambahan pekerja dapat ditarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal ini akan menyebabkan berkurangnya produksi makanan karena penurunan rasio labor-tanah berarti bahwa produk marjinal dari labor pedesaan tidak lagi sama dengan nol. Kemudian kurva penawaran labor tersebut menjadi berslope positif karena tingkat upah mengalami peningkatan terus menerus. Transformasi struktural dari perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan perekonomian itu akan beralih dari sektor pertanian tradisional pedesaan ke sektor industri perkotaan yang modern.
Hollis Chenery
Teori Pola Pembangunan dari Chenery ini lebih difokuskan pada perubahan struktur dalam proses perubahan ekonomi, industri dan struktur kelembagaan dari perekonomian di negara berkembang yang sedang mengalami transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonominya.
Menurut Chenery transformasi struktur produksi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang mula-mula mengandalkan sektor pertanian menuju sektor industri. Dalam hal ini, sumbangan sektor industri pada pendapatan nasional meningkat dan sumbangan sektor pertanian mengalami penurunan pada saat pendapatan per kapita meningkat.
3. Teori Strukturalis Dunia Ketiga è Paradigma Ketergantungan Internasional (The Neocolonial Dependence Model, The False Paradigm Model; The Dualistic Development Thesis)
Theodonia Dos Santos
Pemikiran teori strukturalis dari Dunia Ketiga, memperluas pendapat pemikiran sebelumnya dengan melihat kepada perilaku penguasa dan golongan yang menopang penguasa ini di negara-negara miskin yang sebetulnya telah bertanggung jawab bagi timbulnya proses eksploitasi yang luas dan dalam terhadap golongan bawah dalam masyarakat di negara-negara miskin.
Menurut Dos Santos, titik berat proses ketergantungan dan keterbelakangan tidaklah merupakan faktor luar saja, tetapi juga harus dilihat faktor dalam di negara-negara miskin
Dos Santos membagi tingkat kegergantungan dalam tiga kelompok, yakni ketergantungan:
(a) kolonial (colonial dependence)
Ketergantungan kolonial ditandai dengan bentuk hubungan perdagangan ekspor pada zaman penjajahan di mana kekuatan dagang yang memihak pada pemerintah kolonial mendominasi hubungan ekonomi antara negeri penjajah dengan negeri jajahan melalui sistem perdagangan monopoli penguasa tanah, pertambangan dan tenaga kerja oleh pemerintah kolonial di negeri jajahannya.
(b) industri-keuangan (industrial- financial dependence)
Ditandai dengan adanya suatu dominasi modal di negara penjajah dengan melakukan ekspansi dengan investasi dalam produksi bahan-bahan mentah primer untuk tujuan konsumsi di negara penjajah.
(c) teknologi-industri (technological-industrial dependence)
Sebagai akibat operasi perusahaan mancanegara yang mulai melakukan investasi di sektor industri untuk memenuhi pasar di dalam negeri terbelakang. Hampir keseluruhan industri di negara terbelakang secara teknis produksi tergantung pada luar negeri.
Raoul Prebisch
Pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang secara sektoral adalah daerah perkotaan dan pedesaan di negara-negara sedang berkembang yang telah menimbulkan urbanisasi prematur (premature urbanization). Bersamaan dengan ini juga terjadi apa yang disebut sebagai deformasi struktural (stuctural deformation) dalam proses ekonomi. Tenaga kerja yang berpindah ke daerah perkotaan yang mengalami proses pertumbuhan yang tinggi, tidak dapat ditampung secara berarti dalam sektor industri.
--------- Selamat belajar – Semoga Anda Sukses ----------
thanks bro.. q ambil ya
BalasHapusTerimakasih��
BalasHapus